Bersetubuh : Dari Abi Harairah -semoga Allah meridhainya- ia berkata : telah bersabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- : "Apabila laki-laki telah duduk diantara anggota tubuhnya yang empat kemudian ia bersungguh-sungguh (memasukkan kemaluannya), maka wajiblah mandi" (HR Bukhari dan Muslim) ditambah Muslim : Walaupun tidak keluar mani)
Bermimpi bersetubuh : Dari Ummu Salamah bahwasanya Ummu Sulaim istri Abi Thalhah, bertanya kepada Rasulullah, ia berkata: Sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran, apakah mandi diwajibkan atas wanita bila ia bermimpi? Beliau bersabda: "Ya, apabila ia mendapati air (air mani/ basah)" (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sunnah mandi jenabat
Mandi hari Jum'at. Abi said Al Khudri -semoga Allah meridhainya- ia berkata : telah bersabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- : "Mandi hari Jum’at adalah wajib atas setiap orang yang telah mimpi (baligh)" (H.R. Bukhari dan Muslim) dan Dari Samurah bin Jundub -semoga Allah meridhainya- ia berkata : telah bersabda Rasululullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- : "Barangsiapa yang wudhuk pada hari Jum’at maka itu adalah bagus, dan barangsiapa mandi, maka mandi itu adalah yang lebih afdhal' (H.R. Tirmizi dan dihasankanya)
Tata Cara Mandi Besar
Dari 'Aisyah ia berkata : "Adalah Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- jika ia melakukan mandi junub, beliau memulai dengan mencuci kedua tangannya, kemudian menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kiri, lalu mencuci kemaluannya, kemudian berwudhuk, kemudian mengambil air, lalu beliau memasukkan jari jemarinya ke pangkal rambut, kemudian beliau menuangkan air atas kepalanya tiga tuangan, kemudian beliau menyiramkan air ke sekujur tubuhnya kemudian mencuci kedua kakinya." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari Maimunah -semoga Allah meridhainya. artinya: tata cara mandi yang sempurna itu didahului oleh wadhuk, cuma saja mencuci kedua kakinya diakhirkan saat selesai memandikan sekujur tubuh.
Dari Ummu Salamah ia berkata : saya bertanya, wahai Rasulullah sesungguhnya saya adalah wanita yang kepang rambut saya tebal, apakah saya menguraikannya untuk mandi junub dan haid, beliau menjawab : "Tidak. Cukuplah bagimu untuk menuangkan air ke atas kepalamu tiga kali tuangan". (H.R. Muslim)
Jumlah roka’atnya dan hukumnya : Menurut ulama Fiqih : - 2 roka’at Qobliyah Isya (Ghoiru Muakkadah) - 2 roka’at Ba’diyah Isya (Sunnah Muakkadah. Menurut Imam Ghozali : - 4 roka’at Qobliyah Isya
(Ghoiru Muakkadah tercantum dalam kitab Syarah Bidayatul Hidayah)
- 4 roka’at Ba’diyah Isya
(Sunnah Muakadah, tercantum dalam kitab Ihya Ulumuddin
Karena sesuai hadits Nabi, riwayat Siti Aisyah , ” Sholat 4 roka’at
Rosulullah SAW, ba’da sholat isya yang akhir, kemudian ia tidur ”.
Hadits
Adapun shalat sunnah 2 rakaat sebelum Isya’ tidak termasuk shalat rawatib, akan tetapi dianjurkan / disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَ كُلِّ أذَانَيْنِ صَلاةٌ
“Di antara adzan dan iqamah, ada shalat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia berkata, مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ كُنَّ كَقَدْرِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Barangsiapa yang shalat empat raka’at setelah (shalat) ‘Isya’, maka
nilainya setara dengan empat raka’at pada waktu Lailatul-Qadr.” (HR Ibnu
Abi Syaibah 2/343 (5/100) no. 7351; sanadnya shahih)
Dari ‘Aisyah, ia berkata, أَرْبَعٌ بَعْدَ الْعِشَاءِ يَعْدِلْنَ بِمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Empat raka’at setelah ‘Isyaa’ setara dengan empat raka’at pada waktu Lailatul-Qadr.” (HR Ibnu Abi Syaibah, no. 7352; sanadnya hasan)
Dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), ia berkata, مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيمٍ ؛ عَدَلْنَ بِمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Barangsiapa yang shalat empat raka’at setelah ‘Isya’ yang tidak
dipisahkan dengan salam, maka nilainya setara dengan empat raka’at pada
waktu Lailatul-Qadr.” (HR Ibnu Abi Syaibah, no. 7353; sanadnya hasan)
Dari Ka’b bin Mati’, ia berkata, مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ يُحْسِنُ فِيهِنَّ الرُّكُوعَ، وَالسُّجُودَ، عَدَلْنَ مِثْلَهُنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Barangsiapa yang shalat empat raka’at setelah ‘Isya’ dengan
membaguskan rukuk dan sujud padanya, nilainya setara dengan empat
raka’at pada waktu Lailatul-Qadr.” (HR Ibnu Abi Syaibah, no. 7354; HR An
Nasa’i no. 4895-4896, sanadnya hasan)
Keutamaan
Amalan tersebut beserta pahalanya yang senilai dengan empat raka’at
pada waktu Lailatul-Qadr, meskipun sanadnya mauquf pada shahabat
radliyallaahu ‘anhum, namun hukumnya adalah marfu’, karena di dalamnya
tidak ada ruang ijtihad dalam menetapkan pahala suatu amalan secara
khusus, sehingga diketahui bahwasannya statement itu tidak lain hanyalah
berasal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Aisyah, Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam sudah biasa sholat sunnah sebelum Dzuhur 4 rakaat di rumah, sesudah itu beliau berangkat menuju masjid sholat berjamaah dan sepulangnya, beliau sholat sunnah 2 rakaaat. Dan beliau sudah terbiasa sesudah jamaah solhat Maghrib, pulang kerumah sholat sunnah sebanyak 2 rakaaat. Kemudian berjamaah sholat Isya' di masjid dan pulang ke rumah sholat sunnah ba'da Isya' sebanyak 2 rakaaat. (H.R. Muslim)
• Hukumnya : Untuk Qobliyah Maghrib berbeda pendapat Sahabat tentang kesunnahannya, hanya saja menurut Imam Ghozali dikitab Ihya Umuluddin kebanyakan Sahabat mensunnahkannya , adapun hukumnya Ghoiru Muakkadah. Sedangkan Ba’diyah Maghrib, Hukumnya Sunnah Muakkadah.
Hadits
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu juga:
كُنَّا نصلِّي عَلَى عهدِ رسولِ اللهِ – صلى الله عليه
وسلم – رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ قَبْلَ المَغْرِبِ، فَقِيلَ:
أكَانَ رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – صَلاَّهما؟ قَالَ: كَانَ
يَرَانَا نُصَلِّيهِمَا فَلَمْ يَأمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا.
“”Kami para sahabat di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
kami shalat dua rakaat setelah terbenam matahari, saat sebelum
dikerjakan shalat Maghrib.” Maka ditanyakan kepada Anas: “Apakah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat dua rakaat sebelum Maghrib?” Anas menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kami melakukan shalat dua rakaat sebelum Maghrib, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamtidak memerintahkan kami dan tidak melarang kami.”” (H.R. Muslim)
• Hukumnya : Untuk Qobliyah Maghrib berbeda pendapat Sahabat tentang kesunnahannya, hanya saja menurut Imam Ghozali dikitab Ihya Umuluddin kebanyakan Sahabat mensunnahkannya , adapun hukumnya Ghoiru Muakkadah. Sedangkan Ba’diyah Maghrib, Hukumnya Sunnah Muakkadah.
Hadits.
Adapun shalat sunnah 2 rakaat sebelum Maghrib juga dianjurkan, meskipun tidak termasuk shalat rawatib.
Dari sahabat ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«صَلُّوا قَبْلَ المَغْرِبِ» قال في الثَّالِثَةِ: «لِمَنْ شَاءَ»
“”Shalatlah kalian sebelum Maghrib.” Pada yang ketiga kalinya, Rasulullah bersabda, “Bagi yang mau.”” (H.R. Bukhari)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
لَقَدْ رَأيْتُ كِبَارَ أصْحَابِ رَسُولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ عِندَ المَغْرِبِ
“Sungguh aku telah melihat para sahabat senior Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersegera menuju ke tiang-tiang masjid tatkala dikumandangkannya adzan Maghrib (yakni untuk melaksanakan shalat sunnah 2 rakaat sebelum Maghrib).” (H.R. Bukhari)
• Hukumnya : - Sunnah Muakkadah menurut Imam Ghozali - Sunnah Ghoiru Muakkadah menurut Fuqoah (Ahli Fiqih) Hadits Nabi Muhammad SAW , ”Memberi Rahmat Allah Ta’ala akan seorang hamba yang sholat 4 roka’at Qobliyah Ashar”. 4) Sholat Sunnah Maghrib (Qobliyah dan Ba’diyah)
Hadits
Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:
كَانَ النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – يُصَلِّي قَبْلَ العَصْرِ أرْبَعَ رَكَعَاتٍ، …
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamshalat (sunnah) sebelum Ashar 4 rakaat. …” (H.R. Tirmidzi)
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Jumlah roka’at dan hukumnya ; Menurut Ulama Fiqih : v 4 roka’at Qobliyah Dzuhur (2 roka’at Muakkadah dan 2 roka’at Ghoiru Muakkadah) v 4 roka’at Ba’diyah Dzuhur (2 roka’at Muakkadah dan 2 roka’at Ghoiru Muakkadah) Pendapat Imam Ghozali yaitu 4 roka’at Qobliyah Dzuhur. Hukumnya Sunnah Muakkadah, dikarenakan Sabda Nabi, riwayat Abu Hurairah yaitu,”Barang siapa 4 roka’at setelah gelincir matahari Qobliyah Dzuhur), dan ia memperbanyakkan bacaan dalam sholatnya, dan memanjangkan bacaan ruku’nya dan sujudnya, maka sembahyang beserta 70 ribu malaikat yang mengucapkan baginya (orang yang sholat) itu istighfar hingga malam”
Hadits
Dari Aisyah, Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam sudah biasa sholat sunnah sebelum Dzuhur 4 rakaat di rumah, sesudah itu beliau berangkat menuju masjid sholat berjamaah dan sepulangnya, beliau sholat sunnah 2 rakaaat. Dan beliau sudah terbiasa sesudah jamaah solhat Maghrib, pulang kerumah sholat sunnah sebanyak 2 rakaaat. Kemudian berjamaah sholat Isya' di masjid dan pulang ke rumah sholat sunnah ba'da Isya' sebanyak 2 rakaaat. (H.R. Muslim)
Jumlah roka’at dan hukumnya ; Menurut Ulama Fiqih : v 4 roka’at Qobliyah Dzuhur (2 roka’at Muakkadah dan 2 roka’at Ghoiru Muakkadah) v 4 roka’at Ba’diyah Dzuhur (2 roka’at Muakkadah dan 2 roka’at Ghoiru Muakkadah) Pendapat Imam Ghozali yaitu 4 roka’at Qobliyah Dzuhur. Hukumnya Sunnah Muakkadah, dikarenakan Sabda Nabi, riwayat Abu Hurairah yaitu,”Barang siapa 4 roka’at setelah gelincir matahari Qobliyah Dzuhur), dan ia memperbanyakkan bacaan dalam sholatnya, dan memanjangkan bacaan ruku’nya dan sujudnya, maka sembahyang beserta 70 ribu malaikat yang mengucapkan baginya (orang yang sholat) itu istighfar hingga malam”
Hadits
Dari Abdullah bin Saib, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesudah masuk waktu Dzuhur, beliau sholat sunnah qobliah Dzuhur sebanyak 4 rakaat sabdanya " Sungguh pada saat semacam ini pintu langit terbuka, maka aku senang amal-amalku yang baik segera dinaikkan" (H.R. Tarmidzi)
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا
“Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamdua rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat setelah Dzuhur.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
أنَّ النَّبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ لا يَدَعُ أرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamtidak pernah meninggalkan shalat 4 rakaat sebelum (qabliyah) Dzuhur.” (H.R. Bukhari)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – يُصَلِّي في
بَيْتِي قَبْلَ الظُّهْرِ أرْبَعًا، ثُمَّ يَخْرُجُ، فَيُصَلِّي
بِالنَّاسِ، ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ. وَكَانَ يُصَلِّي
بِالنَّاسِ المَغْرِبَ، ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ،
وَيُصَلِّي بِالنَّاسِ العِشَاءِ، وَيَدْخُلُ بَيتِي فَيُصَلِّي
رَكْعَتَيْنِ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamshalat di rumahku sebelum shalat Dzuhur 4 rakaat, kemudian keluar (dari rumah menuju Masjid Nabawi), kemudian shalat mengimami orang-orang, kemudian masuk lagi ke rumah dan shalat 2 rakaat (shalat ba’diyah Dzuhur). Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengimami orang-orang untuk shalat Maghrib, kemudian masuk ke rumah dan
shalat 2 raka’at (shalat ba’diyah Maghrib). Lalu, beliau mengimami kaum
Muslimin shalat Isya’, kemudian masuk kembali ke rumahku dan shalat 2
raka’at (shalat ba’diyah Isya’).” (H.R. Muslim)
Faedah dari hadits yang berkaitan tentang keutamaan shalat sunnah Dzuhur, baik qabliyah maupun ba’diyah:
Shalat qabliyah (sebelum) Dzuhur yang paling sempurna adalah 4 (empat) rakaat, sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah paling utama dikerjakan di rumah, sebagaimana yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
(Sholat sunnah Fajar)
• Jumlah roka’at : 2 roka’at
• Hukumnya : sunnah mu’akkadah (sangat ditekankan)
• Waktunya : di saat terbit Fajar Shoddiq
• Fadhilahnya : Sabda Nabi Muhammad SAW, “ Dua roka’at (sunnah Qobliyah
Subuh) lebih baik daripada dunia dan isinya”.
Utamanya dikerjakan dirumah, apabila rumah dekat dengan Mesjid,
disunnahkan membaca surat Al-Insyiroh dan Al-Fil atau surat Al-Kafirun
dan Al-Ikhlas.
Kata Imam Ghozali r.a, “ Telah sampai pada kami riwayat dari orang-orang
sholeh yang arifin bahwa barang siapa yang membaca Surat Al-Insyiroh
dan Al-Fil pada sholat sunnah subuh tidak akan disakiti dirinya oleh
musuhnya”.
Dan bila sholat ini dikerjakan dirumah, bila datang ke mesjid belum
dilaksanakan sholat berjama’ahnya. Maka, kerjakanlah sholat sunnah
Tahyyatul Masjid, lalu duduk untuk berdzikir sampai sholat berjama’ah
dimulai
Hadits
Dari Aisyah, bahwasanya Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam tidak pernah absen melakukan sholata sunnah sebelum Dzuhur sebanyak 4 rakaat, dan 2 rakkat sebelum sholat Subuh (H.R. Bukhari)
Dari Aisyah, Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam artinya : Melakukan sholat sunnah 2 rakaat sebelum Subuh, lebih utama dibandingkan dengan dunia se-isinya (H.R. Muslim)
Dari Umi Habibah (Ramlah) binti Abu Sufyan, Aku dengar Rasulullah SAW bersabda artinya : Tiada seorang muslim setiap hari sholat sunnah semata untuk Allah sebanyak 12 rakaat bukan termasuk shalat fardlu, kecuali Allah bangunkan sebuah gedung di sorga. (H.R. Muslim)
Kemudian mengucapkan salam “Assalaamu ‘alaikum warakhmatullaah” dengan suara yang jelas sambil menoleh ke kanan, lalu mengucapkan salam kedua sambil menoleh ke kiri.
Hadits:
Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya.(H.R. Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)
Dari 'Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku sholat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh." Dan kesebelah kiri: "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi."(H.R. Al Imam Abu Dawud)
Bacaan Salam :
As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh--- As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi (Ha.R. Al Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi--- As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi(H.R. Al Imam Muslim)
Kemudian duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian mendudukkan pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha.
Berkata Abdullah : "kami apabila shalat di belakang nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keselamatan atas jibril dan mikail keselamatan atas si fulan dan si fulan maka rasulullah berpaling kepada kami. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : sesungguhnya allah itu as-salam maka apabila shalat hendaklah kalian itu mengucapkan:
"At-tahiyyaatu lillahi was sholawatu wat thayyibaat, as-salamu'alaika ayyuhan nabiy wa rahmatullahi wa barakatuhu, as-salaamu 'alaina wa 'alaa 'ibaadillahis shalihin. Asyhadu allaa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuluhu"
Artinya: segala kehormaatan, shalawat dann kebaikan kepunyaan allah, semoga keselamatan terlimpah atasmu wahai nabi dan juga rahmat allah dan barakah-nya. Kiranya keselamatan tetap atas kami dan atas hamba-hamba allah yang shalih; -karena sesungguhnya apabila kalian mengucapkan sudah mengenai semua hamba allah yang shalih di langit dan di bumi- aku bersaksi bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain allah dan aku bersaksi bahwasanya muhammmad itu hamba daan utusan-nya. (H.R. Al imam al Bukhari).
Dari ka'ab bin ujrah berkata : "maukah aku hadiahkan kepadamu sesuatu. Sesungguhnya nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada kami, maka kami berkata : 'ya rasulullah kami sudah tahu bagaimana cara mengucapkan salam kepadamu, lantas bagaimana kami harus bershalawat kepadamu. Beliau berkata : ucapkanlah:
"Allaahumma shalli 'ala muhammad wa 'alaa aali muhammad kamaa shallaita 'alaa aali ibrahiim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik 'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad kamaa barakta 'alaa aali ibrahiim, innaka hamiidum majiid."
Artinya: "ya allah berikanlah shalawat kepada muhammad dan keluarga muhammad sebagaimana engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga ibarahim, sesungguhnya engkau maha terpuji dan maha agung. Ya allah berkahilah muhammad dan keluarga muhammad sebagaimana engkau telah memberkati keluarga ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji dan maha agung."
Berdo'a berlindung dari empat (4) hal. Hal ini dilakukan pada duduk tasyahhud akhir saja. .apabila kamu telah selesai bertasyahhud akhir maka, (hadits dikeluarkan oleh al imam ahmad, muslim, abu dawud dan ibnu majah)
Agar tidak menyalahi riwayat -hadits rasul shallallahu 'alaihi wa sallam- ini maka dalam tasyahhud awwal bacaannya berhenti sampai membaca sholawat pada nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sedang ta'awudz (berlindung dari 4 hal) ini dibaca hanya ketika tasyahhud akhir.
Dari abu hurairah berkata; berkata rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : "apabila kamu telah selesai bertasyahhud maka hendaklah berlindung kepada allah dari empat (4) hal, dia berkata:
"Allaahumma innii a'uudzubika min 'adzaabi jahannama wa min 'adzaabil qabri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat wa min fitnatil masiihid dajjaal."
Artinya: "ya allah! Aku berlindung kepada-mu dari siksa jahannam, siksa kubur, fitnahnya hidup dan mati serta fitnahnya al-masiihid dajjaal." (hadits dikeluarkan oleh al imam al-bukhari dan muslim dengan lafadhz muslim)
Dari Abi Humaid As-Sa'idiy tentang sifat sholat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berkat, "Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam dua roka'at (-tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya dan bila duduk dalam roka'at yang akhir (-tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll)." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Kemudian beliau duduk, maka beliau hamparkan kakinya yang kiri dan menaruh tangannya yang kiri atas pahanya dan lututnya yang kiri dan ujung sikunya diatas paha kanannya, kemudian beliau menggenggam jari-jarinya dan membuat satu lingkaran kemudian mengangkat jari beliau maka aku lihat beliau menggerak-gerakkannya berdo'a dengannya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa-i).
Cara melaksanakan
Jika sholat itu termasuk sholat yang lebih dari dua rakaat, maka ketika selesai membaca tasyahhud. salah satu bunyi tasyahhud : “Attakhiyyatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaayulillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warakhmatullaahi wabaraakatuh. Assalaamu ‘alaina wa’alaa ‘ibaadillaahishshaalikhiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa-asyhadu anna Muchammadarrasuulullah. Allaahummashalli ‘alaa Muchammad”.
Kemudian bangkit berdiri sambil mengucapkan takbir dan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu, lalu mengerjakan rakaat berikutnya seperti rakaat sebelumnya, hanya saja terbatas pada bacaan surat Al-Fatihah saja.
Hadits :
Dari Abdullah ra berkata : “Ketika kami bersama-sama Nabi SAW dalam shalat, kami membaca : “As salaamu’alallohi min ‘ibadihis salaamu ‘alaa fulanin wa fulanin”, (salam atas Allah dari hamba-Nya : dan salam atas si fulan dan si fulan), maka Nabi bersabda : “Janganlah kamu membaca As salaamu ‘alallohi, karena sesungguhnya Allah adalah As salaam, dan tetapi bacalah : At tahiyyatu lillahi wash sholawaatu wath thoiyibaatu as salaamu 'alaikaatuhu as salaamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibadil laahish shoolihiin”. (Segala penghormatan, doa dan kebaikan adalah bagi Allah, keselamatan atas engkau hai Nabi yang disertai rahmat dan berkah Allah, keselamatan atas kita dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh). Jika kalian membaca bacaan itu, maka bacaanmu untuk semua hamba Allah yang ada dilangit dan yang ada di antara langit dan bumi, lalu bacalah : Asyhadu an laa ilaaha illaallohu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuuluhu?. Kemudian pilihlah dari doa-doa yang kamu senangi dan berdoalah dengan doa itu. (HR : Bukhori)
Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim)
Cara melaksanakan
Duduk Iftirosy yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil menegakkan telapak kaki kanan seraya membaca:
Doa seumpama ini dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW Shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya artinya : "Dari Ibnu ‘Abbas sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa ketika duduk antara dua sujud: "Ya Allah! Ampunilah dosaku, rahmatilah aku, tutupkanlah keaibanku, berilah aku petunjuk dan kurniakanlah aku rezeki." Manakala di dalam riwayat Ibnu Majah (ditambah): "Angkatkanlah kedudukanku." (Hadis riwayat At-Tirmidzi)
Dalam hadis yang lain artinya : "Daripada Ibnu ‘Abbas sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ketika duduk antara dua sujud: "Ya Allah! Ampunilah dosaku, rahmatilah aku, ‘afiatkanlah aku, dan berilah petunjuk serta rezki kepadaku." (Hadis riwayat Abu Dawud)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dari sujudnya seraya bertakbir" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
Bangkit dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, kemudian duduk iftirasy, yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil menegakkan telapak kaki kanan.
Dari Ibnu Abbas ra, berkata : Nabi Muhmmad SAW bersabda : Aku diperintah sujud diatas tujuh tulang dan dahi, dan beliau memberi isyarat dengan kedua tangannya ke hidung beliau, kedua tangannya, kedua lututnya dan kedua ujung kakinya, dan kami tidak menggabung pakaian dan rambut.(HR : Bukhari)
Dari Ibnu 'Abbas berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Aku diperintah untuk bersujud (dalam riwayat lain; Kami diperintah untuk bersujud) dengan tujuh (7) anggota badan; yakni kening sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki dan kami tidak boleh menyibak lengan baju dan rambut kepala." (H.R. oleh Al-Jama'ah)
Cara mekaksanakan :
Sujud bertumpu pada tujuh anggota sujud, yaitu dahi (yang termasuk di dalamnya) hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung dua tapak kaki. Hendaknya diperhatikan agar dahi dan hidung betul-betul mengenai lantai, serta merenggangkan bagian atas lengannya dari samping badannya dan tidak meletakkan lengannya (hastanya) ke lantai dan mengarahkan ujung jari-jarinya ke arah kiblat.
Zikir yang dibaca :
Subhaana rabbiyal a'laa wa bihamdih, 3 kali artinya : “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji kepadaNya” (H.R. oleh Al Imam Abu Dawud dll)
Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfirlii (H.R. Al iImam al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentag kedua pundaknya, hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit ) dari ruku' sambil mengucapkan SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH…" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik).
Cara melaksanakan
Bangkit dari ruku’ seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu sambil membaca sebagai berikut :
Imam “Sami’allaahu liman khamidah” artinya :”Allah Maha Mendengar orang yang memujiNya” sehingga tegak berdiri dalam keadaan i’tidal,
Makmum kemudian membaca do’a : “Rabbanaa lakal chamdu mil-ussamaawaati wamil-umaasyi’ta min syai-in ba’d” artinya “Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi serta sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki setelah itu”
Dari Aisyah R.A. berkata : Nabi Muhammad SAW, biasa membaca didalam rukuk dan sujudnya Subhanakalloohumma robbanaa wa bihamdika allohummagh firlii. Artinya Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan memuji Engkau Ya Allah, aku memohon ampun. (HR : Bukhori).
Atau yang sering dibaca sebagian ummat Muslim di Indonesia yaitu : “Subkhaana rabbiyal ‘azhiimi wabikhamdih” sebanyak tiga kali. Artinya “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji kepadaNya”.
Cara melaksanakan :
"Bahwasanya shallallahu 'alaihi wa sallam (ketika ruku') meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya."(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Abu Dawud)
Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahunya lalu ruku’ sambil mengucapkan Allahu Akbar selanjutnya memegang dua lutut dengan kedua tapak tangan dengan meratakan tulang punggung, tidak mengangkat kepalanya juga tidak terlalu membungkukkannya, dan jari-jari tangannya hendaknya dalam keadaan terbuka.
Dalam sholat yang bacaannya dijaharkan Nabi membaca dengan keras dan jelas. Tetapi pada sholat dzuhur dan ashar juga pada sholat maghrib pada roka'at ketiga ataupun dua roka'at terakhir sholat isya' Nabi membacanya dengan lirih yang hanya bisa diketahui kalau Nabi sedang membaca dari gerakan jenggotnya, tetapi terkadang beliau memperdengarkan bacaannya kepada mereka tapi tidak sekeras seperti ketika di-jahr-kan. (Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Kemudian membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di antara ayat-ayat Al-Qur’an.
Silakan klik disini
Dari Ubadah bin Shomit ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : ? Tidak disebut shalat, bagi orang yang shalat, tapi tidak membaca surat Al-Fatihah?. (HR : Bukhori)
Surat Al-Fatihah :
“Bismillaahirrakhmaanirraakhiim.Alkhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrakhmaanirrachiim. Maaliki yaumiddiin. Iyyaaka na ‘budu wa iyyaaka nasta’iin. Ihdinashshiraathal mustaqiim. Shiraathalladziina ‘an’amta ‘alaihim qhairil maqhdluubi ‘alaihim waladldlaallin”
“Aamiin”
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Yang menguasai di Hari Pembalasan
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Bacaan doa istiftah yang diajarkan oleh nabi shallallahu 'alaihi wasallam diantaranya adalah:
"Allahuumma ba'id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghribi, allaahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allaahummaghsilnii bil maa'i wats tsalji wal baradi"
Artinya: "Ya, allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya, allah, bersihkanlah kau dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya, allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun." (H.R. Bukhari, muslim dan ibnu abi syaibah).
Doa iftitah yang lainnya :
"Wajjahtu wajhiya lilladzii fataras samaawaati wal ardha haniifan [musliman] wa maa ana minal musyrikiin. Inna sholatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillahi rabbil 'alamiin. Laa syariikalahu wabidzalika umirtu wa ana awwalul muslimiin. Allahumma antal maliku, laa ilaaha illa anta [subhaanaka wa bihamdika] anta rabbii wa ana 'abduka, dhalamtu nafsii, wa'taraftu bidzambi, faghfirlii dzambi jamii'an, innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta. Wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdii li ahsanihaa illa anta, washrif 'annii sayyi-ahaa laa yashrifu 'annii sayyi-ahaa illa anta labbaika wa sa'daika, wal khairu kulluhu fii yadaika. Wasy syarrulaisa ilaika. [wal mahdiyyu man hadaita]. Ana bika wa ilaika [laa manjaa walaa malja-a minka illa ilaika. Tabaarakta wa ta'aalaita astaghfiruka waatuubu ilaika"
Yang artinya: "Aku hadapkan wajahku kepada pencipta seluruh langit dan bumu dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk allah, rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-nya. Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya allah, engkaulah penguasa, tiada ilah selain engkau semata-mata. [engkau mahasuci dan mahaterpuji], engkaulah rabbku dan aku hamba-mu, aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya hanya engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-mu, sedang segala keburukan tidak datang dari-mu. [orang yang terpimpin adalah orang yang engkau beri petunjuk]. Aku berada dalam kekuasaan-mu dan akan kembali kepada-mu, [tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari siksa-mu kecuali hanya engkau semata]. Engkau mahamulia dan mahatinggi, aku mohon ampun kepada-mu dan bertaubat kepada-mu." (H.R Imam al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)
Allaahu akbaru kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi bukrataw waashiilaa.Allah maha besar, maha sempurna kebesaran-nya. Segala puji bagi allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci allah sepanjang pagi dan petang.
Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.
Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin. Sesungguhnya sahalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk allah, penguasa alam semesta.
Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin. Tidak ada sekutu bagi-nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang islam.